Diluar hujan rintik-rintik mengguyur bumi, bau tanah basah sungguh sangat harum, aku
menarik selimutku, membenarkannya. Suhu dingin ini rasanya menjadi berkali-kali lipat.
Bergelung dibawah selimut seperti inilah yang paling nyaman. Hari ini masih pagi buta, jam 1.30 tapi mataku sudah terbuka lebar, enggan untuk terpejam lagi. Jadinya, potongan potongan kejadian beberapa minggu terakhir mengalir begitu saja diotakku, bagai sebuah sketsa, namun runtut dan berhasil membuat air mata ini terjatuh lagi.
Awalnya aku menganggap keputusan ini benar, membiarkan dia pergi, artinya aku tidak akan bertanggung jawab lagi terhadap dirinya, karena inilah yang diinginkannya, inilah
kebahagiaannya. Jika itu demi kebahagiaannya aku pasti rela. Aku berniat apatis kepadanya, membiarkan dia tanpa memperdulikan dia lagi, menutup mata dan kuping darinya, tak ingin mendengar kabar darinya, baik atau buruk, karena itulah yang dimauinya.
Tapi ternyata aku tidak bisa, bahkan sekuat apa aku berusaha tidak mempedulikannya, sekuat itu juga aku selalu mengkhawatirkannya. Seperti halnya beberapa malam lalu, tiba tiba saja hatiku gelisah luar biasa, dada ini berdebar-debar tak keruan, dan yang ada diotakku hanya dia.
Apalagi ketika menghubungi nomornya tidak direspon sama sekali, jam 11 malem aku keluar rumah menuju baturaja, pake motor tanpa penerangan. Sampai disana disambut dingin dan kecanggungan, tapi tak apa, setidaknya aku tahu dia baik-baik saja, dan bisa disampingnya ketika dia sedang terlelap. itu saja sudah bikin bahagia.
Dan kejadian kemarin juga membuatku sadar, bahwa dia masih orang terpenting dihidupku. Bahwa dia berhasil membuatku tidak tidur semalaman karena mengkhawatirkannya. Bagaimana kondisinya, bersama siapa dia saat ini dan dimana posisinya, kondisi demikian bahkan hampir membuatku merasa depresi. meneleponnya puluhan kali, membbmnya berkali-kali walaupun responnya tidak ada sama sekali. Pun ketika dia merespon, sepertinya dia berat hati dan sangat abai. Tapi tak apa, tahu dia baik baik saja sudah membuat hatiku terinjak gembira.
Kini aku semakin yakin, bahwa dia masih orang yang paling kuprioritaskan dalam hidupku. Harapan itu muncul lagi, dan tambah bersemi. Aku berjanji akan tetap menjaga, mendukung dan menyemangatinya, akan tetap seperti itu selamanya. Walaupun bagaimana nanti feedbacknya, setidaknya aku sudah berjuang dan berusaha, mempertahankannya. ini semata-mata karena sampai detik ini, hati ini, cinta ini masih miliknya.